Saturday, April 20, 2013

Aplikasi Metode Pembelajaran Akuntansi


Aplikasi Metode Pembelajaran Akuntansi
Materi Akuntansi sebagai Sistem Informasi
Kolaborasi Metode Word Square dan Talking Stick

1.       Latar Belakang
Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan di sekolah harus mampu mengubah siswa menjadi seseorang yang berpengetahuan dan terampil, tentunya melalui peran guru. Guru merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar karena walaupun kurikulum disajikan secara sempurna, sarana dan prasarana terpenuhi dengan baik, apabila guru belum melaksanakan tugasnya dengan baik maka belajar mengajar belum dikatakan baik. Seorang guru bukan hanya bertugas mengajar, tetapi juga guru diharapkan dapat membimbing, mengarahkan dan merangsang siswa agar lebih aktif dalam mengikuti pelajaran serta memacu siswa agar memperoleh hasil belajar yang baik (mengalami peningkatan). Untuk mencapai hal tersebut setiap guru harus menerapkan model pembelajaran yang mendukung tujuan pembelajaran.
Sebagai langkah perbaikan Metode pengajaran yang digunakan harus merangsang siswa agar ikut aktif dalam mengikuti pelajaran. Metode yang dipilih adalah kolaborasi antara metode Word Square dan Talking Stick. Model Pembelajaran Word Square merupakan model evaluasi yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Sedangkan model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan tongkat sebagai alat petunjuk giliran, siswa yang mendapat mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya.
Kolaborasi antara Metode Word Square dan talking Stick sangat cocok digunakan dalam materi yang berisi banyak teori. Metode tersebut memudahkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru. Siswa diajak bermain tetapi tetap memperhatikan apa yang guru sampaikan karena semua siswa pasti terlibat dalam permainan tersebut dan menuntut siswa untuk selalu siap dalam menghadapi setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Materi yang dipilih adalah Sistem informasi akuntansi, materi ini terdapat banyak teori sehingga digunakan metode ceramah yang berbeda yaitu Metode Word Square yang digabungkan dengan Metode Talking Stick agar terdapat variasi, tidak membosankan dan sedikit terdapat tantangan. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat memahami materi yang telah disampaikan oleh guru dengan baik, sehingga tercapai tujuan belajar mengajar sesuai apa yang telah direncanakan.
Kolaborasi antara Metode Word Square dan Talking Stick merangsang siswa untuk cepat dan tepat dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh guru yang jawabanya sudah ada tetapi disamarkan pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan, siswa yang menjawab pertanyaan tersebut adalah siswa yang terakhir memegang tongkat setelah guru selesai pertanyaanya. Setiap siswa dipastikan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Sehingga semua siswa terlibat dalam pembelajaran tersebut dan mau tidak mau siswa harus siap menyediakan jawaban, jadi setiap siswa akan berpikir untuk menemukan jawaban tersebut untuk mempersiapkan seandainya saja ia yg terakhir memegang tongkat setelah guru selesai membacakan pertanyaanya.
Dengan demikian, perpaduan penggunaan metode Word Square dan Talking Stick pada mata pelajaran akuntansi diharapkan mampu meningkatkan minat belajar siswa itu sendiri. Dengan metode ini siswa diharapkan dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga tercapai hasil belajar yang baik.







2.       Landasan Teori
a.       Word Square
Menurut Laurence Urdang (1968) Word Square is a set of words such that when arranged one beneath another in the form of a square the read a like horizontally,  artinya  word  square  adalah  sejumlah  kata  yang  disusun  satu  di bawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan menurun.  Word  Square  menurut  Hornby  (1994)  adalah  sejumlah  kata  yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang.
LKS Word square adalah salah satu alat bantu/media pembelajaran berupa kotak-kotak kata yang berisi kumpulan huruf. Pada kumpulan huruf tersebut terkandung konsep-konsep yang harus ditemukan oleh siswa sesuai dengan pertanyaan yang berorientasi pada tujuan pembelajaran (Anonim,1991).Metode observasi yang divariasikan dengan LKS Word square berarti suatu cara mengajarkan materi pelajaran dengan mengajak siswa mengamati secara teliti suatu objek yang dipadukan dengan LKS Word square.
 “Word Square” terdiri dari 2 kata Word dan Square. Word berarti kata sedangkan Square adalah lapangan persegi. Jadi Word Square adalah lapangan kata. Word Square adalah yaitu salah satu model-model pembelajaran melalui sebuah permainan “belajar sambil bermain” yang ditekankan adalah belajarnya.
Belajar dan bermain memiliki persamaan yang sama yaitu terjadi perubahan yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman, sebaliknya keduanya terdapat perbedaan pada tujuannya, kegiatan belajar mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan. Sedangkan kegiatan bermain tujuan kesenangan dan kepuasannya diwaktu kegiatan permainan itu berlangsung.
Dalam model pembelajaran ini, para siswa dipandang sebagai objek dan subyek pendidikan yang mempunyai potensi untuk berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki, jadi dalam hal ini guru sebagai fasilitator belajar.
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman (2007).
Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi  Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. 
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan. (Mujiman, 2007)
Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Word Square
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:
1.      Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. 
2.      Melatih untuk berdisiplin.
3.      Dapat melatih sikap teliti dan kritis.
4.      Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1.      Mematikan kreatifitas siswa. 
2.      Siswa tinggal menerima bahan mentah.
3.      Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran word square mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima bahan mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing. Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.



b.      Talking Stick
Talking Stick adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum. sebagaimana dikemukakan Carol Locust dalam (Deden:2010) berikut ini.
            The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
Pembelajaran Talking Stick adalah pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK.
Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Teknis pelaksanaan metode Talking Stick sebagai mana tercantum dalam buku panduan materi sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Nasional 2006 dapat digambarkan sebagai berikut :
“(1) Guru menyiapkan sebuah tongkat, (2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi, (3) Setelah selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk menutup buku, (4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru, (5) Guru memberikan kesimpulan, (6) Melakukan evaluasi, dan (7) Menutup pelajaran.
Langkah-langkah model pembelajaran talking stick. Depdiknas (2006):
1)      Guru menyiapkan tongkat
2)      Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi
3)      Setelah selesai membaca dan mempelajari materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya
4)       Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5)      Guru memberikan kesimpulan
6)      Evaluasi
7)      Penutup

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, karena keefektifan setiap model tergantung bagaimana kondisi yang ada di sekolah atau kelas tersebut.
Kelebihan
a.       Menguji kesiapan siswa.
b.      Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
c.       Membuat siswa lebih giat dalam belajar.

Kekurangan
a.      Membuat siswa senam jantung. Deden (2010).







3.       Aplikasi
Langkah – langkah Kolaborasi Metode Pembelajaran Word Square dan Talking Stick dalam Materi Struktur Dasar Akuntansi:
1)      Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
2)      Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi selama waktu yang ditentukan
3)      Setelah selesai membaca dan mempelajari materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya
4)      Guru membagikan lembar kegiatan sesuai dengan materi pelajaran yang telah disampaikan
5)      Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa kemudian tongkat tersebut digilir  kepada siswa lain secara berurutan ke kanan atau kekiri sampai guru selesai membacakan pertanyaan
6)      Kemudian siswa yang terakhir memegang tongkat diberi waktu untuk menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal, horizontal maupun diagonal, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru
7)      Guru memberikan poin pada setiap jawaban
8)      Guru memberikan kesimpulan
9)      Melakukan evaluasi
10)  Menutup pelajaran.












4.       Daftar Pustaka

http://www.scribd.com/doc/88860153/34/AKUNTANSI-PERUSAHAAN-JASA

No comments:

Post a Comment