Aplikasi Metode Pembelajaran
Akuntansi
Materi Akuntansi sebagai Sistem
Informasi
Kolaborasi Metode Word Square dan
Talking Stick
1.
Latar
Belakang
Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan
Nasional BAB II Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan di sekolah harus mampu mengubah siswa
menjadi seseorang yang berpengetahuan dan terampil, tentunya melalui peran
guru. Guru merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar karena walaupun kurikulum disajikan secara sempurna, sarana dan
prasarana terpenuhi dengan baik, apabila guru belum melaksanakan tugasnya
dengan baik maka belajar mengajar belum dikatakan baik. Seorang guru bukan
hanya bertugas mengajar, tetapi juga guru diharapkan dapat membimbing,
mengarahkan dan merangsang siswa agar lebih aktif dalam mengikuti pelajaran
serta memacu siswa agar memperoleh hasil belajar yang baik (mengalami
peningkatan). Untuk mencapai hal tersebut setiap guru harus menerapkan model
pembelajaran yang mendukung tujuan pembelajaran.
Sebagai langkah perbaikan Metode pengajaran yang
digunakan harus merangsang siswa agar ikut aktif dalam mengikuti pelajaran.
Metode yang dipilih adalah kolaborasi antara metode Word Square dan Talking
Stick. Model Pembelajaran Word Square merupakan
model evaluasi yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian
dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Sedangkan model pembelajaran
Talking Stick adalah suatu
model pembelajaran yang menggunakan tongkat sebagai alat petunjuk giliran,
siswa yang mendapat mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus
menjawabnya.
Kolaborasi antara Metode Word Square dan talking Stick
sangat cocok digunakan dalam materi yang berisi banyak teori. Metode tersebut
memudahkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru. Siswa diajak
bermain tetapi tetap memperhatikan apa yang guru sampaikan karena semua siswa pasti
terlibat dalam permainan tersebut dan menuntut siswa untuk selalu siap dalam
menghadapi setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Materi yang dipilih
adalah Sistem informasi akuntansi, materi ini terdapat banyak teori sehingga
digunakan metode ceramah yang berbeda yaitu Metode Word Square yang digabungkan
dengan Metode Talking Stick agar terdapat variasi, tidak membosankan dan
sedikit terdapat tantangan. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat memahami
materi yang telah disampaikan oleh guru dengan baik, sehingga tercapai tujuan
belajar mengajar sesuai apa yang telah direncanakan.
Kolaborasi antara Metode Word Square dan Talking
Stick merangsang siswa untuk cepat dan tepat dalam menemukan jawaban dari pertanyaan
yang dilontarkan oleh guru yang jawabanya sudah ada tetapi disamarkan pada
susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan, siswa yang menjawab
pertanyaan tersebut adalah siswa yang terakhir memegang tongkat setelah guru selesai
pertanyaanya. Setiap siswa dipastikan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh
guru. Sehingga semua siswa terlibat dalam pembelajaran tersebut dan mau tidak
mau siswa harus siap menyediakan jawaban, jadi setiap siswa akan berpikir untuk
menemukan jawaban tersebut untuk mempersiapkan seandainya saja ia yg terakhir
memegang tongkat setelah guru selesai membacakan pertanyaanya.
Dengan demikian, perpaduan penggunaan metode Word Square dan Talking Stick
pada mata pelajaran akuntansi diharapkan mampu meningkatkan minat belajar siswa
itu sendiri. Dengan metode ini siswa diharapkan dapat memahami materi yang
disampaikan oleh guru sehingga tercapai hasil belajar yang baik.
2.
Landasan
Teori
a. Word Square
Menurut
Laurence Urdang (1968) Word Square is a
set of words such that when arranged
one beneath another
in the form of a square the read a like
horizontally, artinya word
square adalah sejumlah
kata yang disusun satu di
bawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan
menurun. Word Square menurut Hornby (1994) adalah sejumlah
kata yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang.
LKS Word
square adalah salah satu alat bantu/media pembelajaran
berupa kotak-kotak kata yang berisi
kumpulan huruf. Pada kumpulan huruf tersebut terkandung konsep-konsep yang harus ditemukan
oleh siswa sesuai dengan pertanyaan yang berorientasi pada tujuan pembelajaran (Anonim,1991).Metode observasi yang divariasikan dengan LKS Word square berarti suatu cara mengajarkan materi pelajaran dengan mengajak siswa mengamati secara teliti suatu objek yang dipadukan dengan
LKS Word square.
“Word Square” terdiri dari 2
kata Word dan Square. Word berarti kata sedangkan Square
adalah lapangan persegi. Jadi Word Square adalah lapangan kata. Word
Square adalah yaitu salah satu model-model pembelajaran melalui sebuah
permainan “belajar sambil bermain” yang ditekankan adalah belajarnya.
Belajar dan bermain memiliki
persamaan yang sama yaitu terjadi perubahan yang dapat mengubah tingkah laku,
sikap dan pengalaman, sebaliknya keduanya terdapat perbedaan pada tujuannya,
kegiatan belajar mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan. Sedangkan
kegiatan bermain tujuan kesenangan dan kepuasannya diwaktu kegiatan permainan
itu berlangsung.
Dalam model pembelajaran ini, para
siswa dipandang sebagai objek dan subyek pendidikan yang mempunyai potensi
untuk berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki, jadi dalam
hal ini guru sebagai fasilitator belajar.
Model pembelajaran Word Square
merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat
diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang
berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan
oleh Mujiman (2007).
Model Pembelajaran Word
Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab
pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban.
Mirip seperti mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah
ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang
huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua
mata pelajaran.Tinggal bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan
terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka
pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan
kritis.
Word Square merupakan salah satu
dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar
dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat
untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah
lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari
jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan. (Mujiman,
2007)
Kekurangan dan Kelebihan
Model Pembelajaran Word Square
Beberapa kelebihan dari model
pembelajaran Word Square yaitu:
1. Kegiatan
tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
2. Melatih
untuk berdisiplin.
3. Dapat
melatih sikap teliti dan kritis.
4. Merangsang
siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan
penguat siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan
ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja
yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling
tepat.
Sedangkan
beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1. Mematikan
kreatifitas siswa.
2. Siswa
tinggal menerima bahan mentah.
3. Siswa tidak
dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang
dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa
tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-masing, dan lebih banyak berpusat
pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan
jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak
dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word
square ini.
Dari penjelasan tentang model
pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran word
square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui
pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar
kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata.
Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang
ada dengan tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model
pembelajaran word square mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Kekurangan dari model pembelajaran
ini yaitu siswa hanya menerima bahan mentah dari guru dan tidak dapat
mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk mencari jawaban
bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing. Sedangkan kelebihannya
yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa. Karena siswa
dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan harus jeli dalam mencari
jawaban yangada dalam lembar kerja.
b. Talking
Stick
Talking Stick adalah
metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua
orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum. sebagaimana
dikemukakan Carol Locust dalam (Deden:2010) berikut ini.
The talking stick
has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and
impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to
decide who had the right to speak. When matters of great concern would come
before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin
the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the
talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner,
the stick would be passed from one individual to another until all who wanted
to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe
keeping.
Tongkat berbicara telah digunakan
selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan
tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk
memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai
berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat
akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan
cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika
orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan
giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai
sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran/bergantian.
Pembelajaran Talking
Stick adalah pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan
penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada
terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu
siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan
selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan,
maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa
berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran. Model pembelajaran ini
dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking
Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK.
Metode Talking Stick adalah metode
pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
diiinginkan. Talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses
belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui
permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada
saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan.
Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang
tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
Teknis pelaksanaan metode Talking
Stick sebagai mana tercantum dalam buku panduan materi sosialisasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Nasional
2006 dapat digambarkan sebagai berikut :
“(1) Guru menyiapkan sebuah tongkat,
(2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi, (3) Setelah
selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk menutup buku, (4)
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan guru, (5) Guru memberikan kesimpulan, (6) Melakukan evaluasi, dan (7)
Menutup pelajaran.
Langkah-langkah model pembelajaran talking stick. Depdiknas (2006):
1) Guru
menyiapkan tongkat
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi
3) Setelah selesai membaca dan mempelajari materi/buku pelajaran dan
mempelajarinya, siswa menutup bukunya
4) Guru mengambil tongkat dan
memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5) Guru memberikan kesimpulan
6) Evaluasi
7) Penutup
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick
Setiap model pembelajaran
memiliki kelebihan dan kekurangan, karena keefektifan setiap model tergantung
bagaimana kondisi yang ada di sekolah atau kelas tersebut.
Kelebihan
a. Menguji kesiapan siswa.
b. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
c. Membuat siswa lebih giat dalam belajar.
Kekurangan
a.
Membuat
siswa senam jantung. Deden (2010).
3. Aplikasi
Langkah – langkah Kolaborasi Metode Pembelajaran Word
Square dan Talking Stick dalam Materi Struktur Dasar Akuntansi:
1) Guru
menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi selama
waktu yang ditentukan
3) Setelah selesai membaca dan mempelajari materi/buku pelajaran dan
mempelajarinya, siswa menutup bukunya
4) Guru
membagikan lembar kegiatan sesuai dengan materi pelajaran yang telah
disampaikan
5) Guru
memberikan tongkat pada salah satu siswa kemudian tongkat tersebut digilir kepada siswa lain secara berurutan ke kanan
atau kekiri sampai guru selesai membacakan pertanyaan
6) Kemudian
siswa yang terakhir memegang tongkat diberi waktu untuk menjawab soal kemudian mengarsir
huruf dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal, horizontal maupun diagonal,
demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan guru
7) Guru
memberikan poin pada setiap jawaban
8) Guru
memberikan kesimpulan
9) Melakukan
evaluasi
10) Menutup
pelajaran.
4. Daftar Pustaka
No comments:
Post a Comment